Yunahar Ilyas: Akidah Muhammadiyah itu Wahabi
Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc. M.A. pada materi Paham Agama dalam Muhammadiyah mengatakan bahwa tidak diragukan lagi, KHA Dahlan banyak dipengaruhi ide-ide Muhammad bin Abdul Wahab,khususnya dalam bidang akidah. Hal ini tentu saja memberi pengaruh pada gerakan Muhammadiyah yang didirikannya.
Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc. M.A. : Akidah Muhammadiyah Banyak Dipengaruhi Wahabi Wahabi
Magelang- Pada sesi kedua Pelatihan Kader Tarjih Tingkat Nasional (Sabtu 21/01/2012), Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc. M.A. pada materi Paham Agama dalam Muhammadiyah mengatakan bahwa tidak diragukan lagi, KHA Dahlan banyak dipengaruhi ide-ide Muhammad bin Abdul Wahab,khususnya dalam bidang akidah. Hal ini tentu saja memberi pengaruh pada gerakan Muhammadiyah yang didirikannya. Namun begitu, tidak berarti Muhammadiyah berafiliasi mazhab kepada Abdul Wahab(baca: Wahabi/Salafi). Banyak hal lain yang memberikan inspirasi KHA Dahlan untuk mendirikan Muhammadiyah, sedang pemikiran Abdul Wahab hanya salah satunya.
Baca juga:
- Akidah Muhammadiyah sama dengan Wahabi
- Perbedaan dan Persamaan Muhammadiyah dan Wahabi
- Athaillah: Hubungan Muhammadiyah dan Wahabi
Bahkan Yunahar menegaskan, Muhammadiyah berbeda dengan Wahabi. Dalam hal dakwah khususnya, Wahabi bergandeng tangan dengan penguasa untuk menghancurkan tempat-tempat yang digunakan untuk melakukan perbuatan syirik secara frontal. Sementara Muhammadiyah dalam beramar makruf nahi munkar lebih mengedepankan prinsip tausiyah, menyampaikan nasehat kebenaran.
Pelatihan Kader Tarjih tingkat Nasional yang diadakan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah menghadirkan beberapa narasumber ahli yang kompeten di bidangnya, yang berasal dari lingkungan Muhammadiyah sendiri. Pada kesempatan pertama, Jum'at, 20 Januari 2012 malam, Prof. Dr. H. Syamsul Anwar, M.A., Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, dan KRT. Drs. H. A. Muhsin Kamaludiningrat membawakan materi Konsep Kelembagaan dan Manhaj Tarjih Muhammadiyah. Syamsul menyampaikan, tajdid sebagai identitas Muhammadiyah mempunyai dua makna, purifikasi dan dinamisasi. Purifikasi atau pemurnian untuk bidang akidah dan dinamisasi untuk bidang muamalah duniawiyah. (amr)
***
"Paham Agama dalam Muhammadiyah"
Oleh Prof. Dr. Buya Yunahar Ilyas, Lc, MA*
(Disampaikan di Darul Arqam Purna Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta, 14 April 2016)
Muhammadiyah dalam memahami Islam berdasarkan pada Al Quran dan As Sunnah. Tidak terikat aliran teologis, madzhab fikih, dan tariqat sufiyah apapun. Walaupun secara de facto ahlussunnah
Muhammadiyah menganut fikih manhaji, mementingkan dalil dibanding pendapat
Paham agama dalam Muhammadiyah independen, komprehensif, dan integratif
Muhammadiyah mencirikan diri sebagai gerakan tajdid, terbagi menjadi purifikasi dan dinamisasi. Keduanya harus seimbang
Muhammadiyah memposisikan diri sebagai Islam moderat, tidak radikal dan tidak liberal
Muhammadiyah itu berkemajuan, dalam artian berorientasi kekinian dan masa depan. Bukan modernis bukan tradisionalis
Muhammadiyah sedikit bicara banyak bekerja. Walaupun sedikit warganya tapi luar biasa amal usahanya, sehingga mandiri dan tidak bergantung pada kekuasaan
Pengajian selalu perlu, karena ide dan wacana seringkali berasal dari pengajian
Qadariyah dan Jabariyah saat ini sekedar teori di buku. Pada prakteknya tidak ada yang benar-benar murni
Keraton butuh pusaka dan ritual untuk menegakkan wibawanya, urusan syirik-takhayul-khurafat adalah tugas kita meluruskan pada masyarakat
Dalam menghadapi kebencian ajaklah berdialog, jangan membalas dengan emosi
Bid'ah hanya dalam ibadah mahdhah, dalam budaya tidak ada bid'ah. Jangan sampai kita memperluas cakupan bid'ah
Peringatan itu kalau lupa saja, jangan sebentar-sebentar diperingati
Jika studi di luar negeri, bergaullah dengan bangsa lain, jika sekedar dengan bangsa kita bisa dibilang percuma
Bandel, nakal, itu normal asal dijaga agar tidak sampai melakukan kemaksiatan
Minimal menjadi kader + aktif di persyarikatan. Tingkatan selanjutnya adalah menjadi cendekiawan. Paling baik menjadi ulama
Paham Agama dalam Muhammadiyah oleh Prof.Dr.Buya Yunahar Ilyas, Lc, MA
***
ada sebuah buku Kuliah Akidah Islam yang telah ditulis oleh Prof. Dr. Yunahar Ilyas Lc, tokoh muda dan salah seorang Pimpinan Pusat Muham-madiyah. Buku ini identik dengan buku-buku akidah yang ditulis oleh kalangan Wahha-bi. Kalau tulisan Yunahar ini dapat dianggap sebagai pencerminan paham Muham-madiyah di bidang akidah, berarti tidak ada perbedaannya dengan paham akidah Salafiyyah dan Wahhabi.
***
Himpunan Putusan tarjih Muhammadiyah tentang Akidah yang Dianut
Khusus di bidang akidah, dalam memahaminya dari Alquran dan al-sunnah, Muhammadiyah menganut metode dan paham Salafiyah. Hal itu telah dinyatakan dalam Himpunan Putusan tarjih. Menurut putusan tersebut,
Muhammadiyah menjelaskan pokok-pokok kepercayaan yang benar dengan merujuk kepada kalangan umat terdahulu yang selamat (al-firqat al-nājiyah min al-salaf). Gerakan ini ingin mengembalikan Islam pada ajaran yang murni, yang tidak tercemar oleh tradisi atau ajaran lain dari luar sebagaimana yang berlaku pada zaman Nabi dan generasi salaf yang saleh. Namun, dibanding dengan gerakan Salafiyah yang lain, Muhammadiyah menunjukkan karakter yang moderat sehingga dimasukkan dalam katagore Salafiyah Wāsithiyah, yaitu Salafiyah yang cenderung di tengah-tengah dan moderat dan jauh berbeda dari Salafiyah Muhammad ibn Abd al-Wahhāb dan Rasyid Ridla.(Haedar Nashir, 2007: 15)
Magelang- Pada sesi kedua Pelatihan Kader Tarjih Tingkat Nasional (Sabtu 21/01/2012), Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc. M.A. pada materi Paham Agama dalam Muhammadiyah mengatakan bahwa tidak diragukan lagi, KHA Dahlan banyak dipengaruhi ide-ide Muhammad bin Abdul Wahab,khususnya dalam bidang akidah. Hal ini tentu saja memberi pengaruh pada gerakan Muhammadiyah yang didirikannya. Namun begitu, tidak berarti Muhammadiyah berafiliasi mazhab kepada Abdul Wahab(baca: Wahabi/Salafi). Banyak hal lain yang memberikan inspirasi KHA Dahlan untuk mendirikan Muhammadiyah, sedang pemikiran Abdul Wahab hanya salah satunya.
Baca juga:
- Akidah Muhammadiyah sama dengan Wahabi
- Perbedaan dan Persamaan Muhammadiyah dan Wahabi
- Athaillah: Hubungan Muhammadiyah dan Wahabi
Bahkan Yunahar menegaskan, Muhammadiyah berbeda dengan Wahabi. Dalam hal dakwah khususnya, Wahabi bergandeng tangan dengan penguasa untuk menghancurkan tempat-tempat yang digunakan untuk melakukan perbuatan syirik secara frontal. Sementara Muhammadiyah dalam beramar makruf nahi munkar lebih mengedepankan prinsip tausiyah, menyampaikan nasehat kebenaran.
Pelatihan Kader Tarjih tingkat Nasional yang diadakan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah menghadirkan beberapa narasumber ahli yang kompeten di bidangnya, yang berasal dari lingkungan Muhammadiyah sendiri. Pada kesempatan pertama, Jum'at, 20 Januari 2012 malam, Prof. Dr. H. Syamsul Anwar, M.A., Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, dan KRT. Drs. H. A. Muhsin Kamaludiningrat membawakan materi Konsep Kelembagaan dan Manhaj Tarjih Muhammadiyah. Syamsul menyampaikan, tajdid sebagai identitas Muhammadiyah mempunyai dua makna, purifikasi dan dinamisasi. Purifikasi atau pemurnian untuk bidang akidah dan dinamisasi untuk bidang muamalah duniawiyah. (amr)
***
"Paham Agama dalam Muhammadiyah"
Oleh Prof. Dr. Buya Yunahar Ilyas, Lc, MA*
(Disampaikan di Darul Arqam Purna Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta, 14 April 2016)
Muhammadiyah dalam memahami Islam berdasarkan pada Al Quran dan As Sunnah. Tidak terikat aliran teologis, madzhab fikih, dan tariqat sufiyah apapun. Walaupun secara de facto ahlussunnah
Muhammadiyah menganut fikih manhaji, mementingkan dalil dibanding pendapat
Paham agama dalam Muhammadiyah independen, komprehensif, dan integratif
Muhammadiyah mencirikan diri sebagai gerakan tajdid, terbagi menjadi purifikasi dan dinamisasi. Keduanya harus seimbang
Muhammadiyah memposisikan diri sebagai Islam moderat, tidak radikal dan tidak liberal
Muhammadiyah itu berkemajuan, dalam artian berorientasi kekinian dan masa depan. Bukan modernis bukan tradisionalis
Muhammadiyah sedikit bicara banyak bekerja. Walaupun sedikit warganya tapi luar biasa amal usahanya, sehingga mandiri dan tidak bergantung pada kekuasaan
Pengajian selalu perlu, karena ide dan wacana seringkali berasal dari pengajian
Qadariyah dan Jabariyah saat ini sekedar teori di buku. Pada prakteknya tidak ada yang benar-benar murni
Keraton butuh pusaka dan ritual untuk menegakkan wibawanya, urusan syirik-takhayul-khurafat adalah tugas kita meluruskan pada masyarakat
Dalam menghadapi kebencian ajaklah berdialog, jangan membalas dengan emosi
Bid'ah hanya dalam ibadah mahdhah, dalam budaya tidak ada bid'ah. Jangan sampai kita memperluas cakupan bid'ah
Peringatan itu kalau lupa saja, jangan sebentar-sebentar diperingati
Jika studi di luar negeri, bergaullah dengan bangsa lain, jika sekedar dengan bangsa kita bisa dibilang percuma
Bandel, nakal, itu normal asal dijaga agar tidak sampai melakukan kemaksiatan
Minimal menjadi kader + aktif di persyarikatan. Tingkatan selanjutnya adalah menjadi cendekiawan. Paling baik menjadi ulama
Paham Agama dalam Muhammadiyah oleh Prof.Dr.Buya Yunahar Ilyas, Lc, MA
***
ada sebuah buku Kuliah Akidah Islam yang telah ditulis oleh Prof. Dr. Yunahar Ilyas Lc, tokoh muda dan salah seorang Pimpinan Pusat Muham-madiyah. Buku ini identik dengan buku-buku akidah yang ditulis oleh kalangan Wahha-bi. Kalau tulisan Yunahar ini dapat dianggap sebagai pencerminan paham Muham-madiyah di bidang akidah, berarti tidak ada perbedaannya dengan paham akidah Salafiyyah dan Wahhabi.
***
Himpunan Putusan tarjih Muhammadiyah tentang Akidah yang Dianut
Khusus di bidang akidah, dalam memahaminya dari Alquran dan al-sunnah, Muhammadiyah menganut metode dan paham Salafiyah. Hal itu telah dinyatakan dalam Himpunan Putusan tarjih. Menurut putusan tersebut,
Muhammadiyah menjelaskan pokok-pokok kepercayaan yang benar dengan merujuk kepada kalangan umat terdahulu yang selamat (al-firqat al-nājiyah min al-salaf). Gerakan ini ingin mengembalikan Islam pada ajaran yang murni, yang tidak tercemar oleh tradisi atau ajaran lain dari luar sebagaimana yang berlaku pada zaman Nabi dan generasi salaf yang saleh. Namun, dibanding dengan gerakan Salafiyah yang lain, Muhammadiyah menunjukkan karakter yang moderat sehingga dimasukkan dalam katagore Salafiyah Wāsithiyah, yaitu Salafiyah yang cenderung di tengah-tengah dan moderat dan jauh berbeda dari Salafiyah Muhammad ibn Abd al-Wahhāb dan Rasyid Ridla.(Haedar Nashir, 2007: 15)